Kenakalan
remaja dan beberapa kelaianan perilaku remaja yang lain biasanya dikaitkan
dengan agrevitas atau hiperaktivitas (aktivitas yang terlalu berlebihan) dari
remaja. Akan tetapi, di sisi lain ada sebagian remaja yang sangat kurang
aktivitasnya (hipoaktivisme). Mereka yang tergolong hipoaktif ini biasanya
lambat dianggap sebagai gangguan karena mereka umumnya tidak mengganggu orang
lain. Orang mungkin hanya mengira anak itu pemalu atau pendiam. Bahkan, banyak
orng tua yang merasa senang bahwa anaknya hipoaktif karena kelakuan mereka
manis, tidak pernah merepotkan orang tua. Baru, jika anak itu sudah masuk usia
remaja dan ternyata dia masih juga kurang aktivitasnya sehingga tidak mempunyai
teman, tidak mempunyai hobi, tergantung terus pada orang tua atau mengalami
gangguan belajar yang serius, orang tua atau orang dewasa lainnya mulai
merisaukan keadaan anak yang hipoaktif tersebut.
Keadaan hipoaktif bisa disebabkan
oleh gangguan jiwa. Menurut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Dianogsis Gangguan
Jiwa, Edisi II 1983) ada beberapa gangguan keinginan yang kriteria
diagnostiknya adalah hipoaktivisme. Salah satu gangguan jiwa dimaksud adalah
skizofrenia (PPDGJ, 1983: 188-119). Memang tidak semua jenis skizofrenia
ditandai dengan pasivisme. Bahkan, ada yang cirinya adalah hiperaktivisme dan
agresivisme. Akan tetapi, jenis-jenis skizofrenia tertentu seperti autisme (berdiam
diri terus, tidak peduli dengan keadaan sekitarnya) dan kotatonia (berdiam diri
dalam posisi tubuh yang aneh selama berjam-jam) (PPDGJ, 1983:121) jelas menunjukkan gejala hipoaktivisme yang
ekstrem. Ciri lain dari skizofrenia adalah adanya perubahan (kemunduran) dari
keadaan jiwanya dibandingkan dengan waktu yang sebelumnya dan adanya anggota
keluarga yang pernah mendapat gangguan itu juga.
Gangguan lain yang bisa menunjukkan
sindrom hipoaktivisme adalah gangguan emosi (afektif) yang dinamakan manik-depresif,.
Berbeda dari skizofrenia, penderita manik-depresif masih mempunyai rasioyang
berfungsi dengan baik ( tidak ada halusinasi atau waham). Akan tetapi
perasaannya terus-menerus terganggu. Gangguan itu bisa merupakan perasaan
gembira yang berlebih-lebihan, bicara berlebih-lebihan, dan sebagainya.
Gangguan jenis kedua ini dinamakan episode depresif ( PPDGJ: 1983:137:140) dan
jenis inilah yang menunjukkan sindroma hipoaktivitas. Oleh karena episode
depresif ini hanya menyangkut aspek emosi penderita, orang yang bersangkutan
umumnya masih bias berkomunikasi dan berinteraksi sosial pada batas-batas yang
wajar.
Jika pada gangguan afektif
hipaktivisme berlangsung lama dan terus-menerus, ada jenis gangguan jiwa lain
dengan ciri hipoaktivisme juga, yaitu neurotik depresif (PPDGJ: 1983:185-186). Cirinya
hampir sama dengan episode depresif. Akan tetapi, kualitasnya tidak seberat
pada episode depresif dan timbulnya juga pada wktu akhir-akhir ini saja
(maksimum 2 tahun terakhir) . sebagaimana halnya dengan gangguan-gangguan jiwa
yang neurotik lainnya, neurotik depresif ini juga bersumber pada konflik
pribadi yang terdapat dalam diri penderita yang bersangkutan. Jika konflik ini
bisa dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar